Minggu, 05 Mei 2013

IAA Surabaya Gelar Diskusi Pelecehan Islam

doc.iaa-surabaya.com


Sabtu sore, 3 Mei 2013, Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Daerah Surabaya mengadakan diskusi yang bertema “Menyikapi Pelecehan Agama dalam Perkembangan Tehnologi”. Pada diskusi ini, Abd. Syukur, S.Th.I (praktisi media dan staf redaksi majalah NURANI, dan sebagainya) menjadi pembicara, dan Rahmat (ketua IAA Surabaya) sebagai moderator.

Isu yang dibawa oleh Abd. Syukur adalah tentang pelecehan terhadap nilai-nilai keagamaan melalui simbol-simbol yang ditampilkan belakangan ini. Contoh yang paling nampak adalah pada salah satu film di SCTV berjudul “Ustad Fotocopy”. Dalam film ini, menurut Abd Syukur, menampilkan sosok seorang ustadz yang terkesan kikir, pemarah dan berbagai karakter negatif yang melekat di dalamnya. Film demikian, lanjut Abd Syukur, telah melecehkan keagungan nilai-nilai islam yang tercermin dari sosok ustadz itu.

Bukan hanya dalam film, pelecehan nilai-nilai keislaman juga terlihat dalam salah satu permainan atau game anak-anak semisal game “Resident Evil”. Dalam salah satu level pada game tersebut ternyata ditampilkan sebuah markas musuh yang pintunya berbentuk Ka’bah dan bertuliskan Arab. Kemudian, senjata berupa pedang yang dimiliki musuh juga seperti berbentuk lafadz Allah. Sehingga, game tersebut menurut Abd Syukur, dapat membuat sang gamer (pemain game) mempunyai persepsi bahwa orang-orang Islam (muslim) terkesan memiliki kebiasaan jahat dan sering melakukan kekerasan.

Namun demikian, berbeda dengan pendapat dari salah seorang peserta diskusi, Ahmad Halif menjelaskan bahwa, film semisal Ustadz Fotocopy itu hanya merupakan refleksi atau bentuk dari realitas social sekarang. Film itu, lanjut Halif, dapat menjadi kritik bagi seorang ustadz atau haji untuk tidak sering melakukan hal-hal negatif. 

Senada dengan apa yang diungkapkan Halif, pada diskusi itu Marlaf Sucipto juga mengungkapkan, bahwa film seperti Ustadz Fotocopy hanya bentuk suguhan komedi agar menarik bagi pemirsa. Karena industri perfilman, menurut Marlaf, tidak hanya mementingkan sakralitas nilai-nilai keislaman, melainkan juga mengejar rating sejauhmana film itu diminati masyarakat.

Terlepas dari itu, film semisal Ustadz Fotocopy itu jauh hari sudah mendapat kritik dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), seperti yang diungkapkan oleh Abd Syukur. Oleh karena itu Abd Syukur mengungkapkan bahwa, diperlukan sebuah temeng atau tembok pemikiran untuk lebih selektif terhadap perkembangan informasi, khususnya informasi yang dapat merapuhkan tatanan akidah atau agama islam. “Kita sebagai mahasiswa IAIN khusunya, setidaknya harus mampu membendung pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari nilai-nilai keagamaislaman, khususnya pemikiran-pemikiran yang dapat menghancurkan agama Islam,” tegas Abd Syukur di akhir diskusi.

Muhammad Mihrob, Koord. Devisi Pers dan Informasi.


Share:

0 komentar:

Profil

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Ruang ekpresi dan kreasi Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Daerah Surabaya. Untuk menampung seluruh kegiatan dan karya-karya tulis sebagai media informasi alumni annuqayah daerah surabaya yang sesuai dengan visi dan misinya.

Arsip