Rabu, 07 April 2010

DJOGJA DAN WACANA PEN-“DIDIK”-AN-NYA

Sepintas, saya melihat dari segi giografisnya Jogja memang jauh berbeda dengan Surabaya. Surabaya yang menjadi ikon kota industri, bising, panas, dan tanaman beton-betonnya kontras dengan suasana Jogja yang tentram, tidak terlalu bising, tidak terlalu panas, dan tanaman beton-betonnya tidak semembludak Surabaya.

Kunjungan saya ke Djogja, secara “formal” atas undangan teman-taman Ikatan Alumni Annuqayah dalam acara Mubes dan Reuni Alumni Annuqayah Daerah DI Jogjakarta yang terselenggara pada hari Sabtu, 3 April 2010, ini menjadi suatu hal penting bagi saya yang salah satunya akan ikut memperbincangkan perumusan rencana-rencana “Marcusuar” Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) secara umum kedepan. IAA yang secara sengaja dikemas dalam bingkai “penguyuban” untuk wilyah Djogja ini menjadi salah satu bentuk netralitas teman-teman IAA yang dari segi giografisnya ada dilingkungan kampus yang tidak se-politis Surabaya. Kesan kota pelajar kota Jogja sungguh terasa. saya yang secara struktural mewakili teman-teman IAA Surabaya sangat mengapresiasi, hal ini sebagai salah satu trobosan untuk menghilangkan kesan bahwa IAA Djogja terhegemoni oleh faham ideologi organ ekstra tertentu yang, kalau di Surabaya justru sebaliknya. Mengingat ketidak samaan sosiologis IAA Surabaya dan IAA Djogja satu sisi IAA Surabaya “tidak” sesolid IAA Jogja yang diihat dari segi infra strukturnya lebih bagus Jogja ketimbang IAA Surabaya. IAA Jogja, lebih menonjol dari kreasi tulisnya, banyak media cetak, elektronik, dan sekali-kali media nasional yang menampung gagasannya. Contoh kecil, Bernando BJ Sujibto, Salman Rusydi Anwar, Badrussalihin, dan banyak lagi teman-teman lainnya.
Share:

Profil

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Ruang ekpresi dan kreasi Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Daerah Surabaya. Untuk menampung seluruh kegiatan dan karya-karya tulis sebagai media informasi alumni annuqayah daerah surabaya yang sesuai dengan visi dan misinya.

Arsip